JADIKANLAH HAMBAMU INI SEBAGAI UMATMU YANG PANDAI BERSYUKUR ... YAA ALLAH ..... JADIKANLAH HAMBAMU INI SEBAGAI UMATMU YANG PANDAI BERSYUKUR ... YAA ALLAH .....JADIKANLAH HAMBAMU INI SEBAGAI UMATMU YANG PANDAI BERSYUKUR ... YAA ALLAH ..... JADIKANLAH HAMBAMU INI SEBAGAI UMATMU YANG PANDAI BERSYUKUR ... YAA ALLAH

FALSAFAH


FALSAFAH ORANG JAWA
( Hermadi, S.Pd )


Orang Jawa dikenal sebagai kelompok etnis yang memiliki kekayaan falsafah hidup dan unggah-ungguh (etika) yang sangat luas. Sarat dengan peribahasa, langgam, dan konotasi. Hati bisa saja tidak senang, namun mimik dan tata bahasa tetap manis. Sungguh sangat berbeda dengan etnis-etnis lain yang berkarakter tegas dan apa adanya. Orang Jawa sangat mengedepankan harmoni berbahasa dan kiasan dalam bersikap.

Sangat mudah untuk menemukan ragam falsafah hidup dari jagat Jawa yang sangat dalam maknanya, penuh kearifan, dan konotatif ungkapannya.
Misal,
  1. "Aja waton ngomong, nanging ngomonga nganggo waton" (jangan asal bicara, tetapi bicaralah dengan alasan yang jelas),
  2. "Aja rumangsa bisa nanging bisaa rumangsa" (jangan merasa bisa, tapi bisalah merasa atau menggunakan perasaan),
  3. "Sepuh sepa, tuwa tuwas" (tua hambar atau tidak memiliki rasa lagi atau orang tua yang sia-sia),
  4. "Bandha bisa lunga, pangkat bisa oncat, bojo ayu bisa mlayu" (harta dapat pergi, jabatan dapat hilang, istri cantik bisa pergi, yang bermakna segala apa yang dimiliki bisa hilang kapan saja)
  5. "Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti" ( sekuat apapun prilaku sombong takabur sewenang-wenang akhirnya hancur oleh prilaku budi pekerti yang baik )
  6.  “Yitno yuwana lena kena” ( yang waspada dan berhati-hati akan selamat sedangkan yang lengah dan seenaknya sendiri akan celaka )
  7. "Di gedhongana di kuncenana wong mati mangsa wurunga" ( apapun usaha yang dilakukan kalau memang sudah tiba saatnya "ajal" tidak bisa ditunda lagi ... Inna lillahi wa innaillaihi roji'un" )
  8. "Durung besus kaselak becus" ( belum belajar apapun sudah berlagak menjadi pandai )
  9. "Ing ngarsa asung tuladha ing madya ambangun karsa tut wuri handayani" ( menjadi pemimpin memberi teladhan yang baik, menjadi perangkat menumbuhkan semangat juang, menjadi orang bawahan ikut memberikan dukungan dan kekuatan )
  10. "Adigang, adigung, adiguna, akhire nemu nistha" ( Orang yang membanggakan kekuatan, kepangkatan, dan kepandaian, akhirnya mendapat celaka sebab hakekatnya manusia merupakan makhluk yang lemah, semua kekuatan, drajat dan pangkat, serta kepandaian hanyalah milik Allah SWT semata. )

Pembaca yang ingin tahu lebih banyak dan detail ragam falsafah hidup orang Jawa bisa menemukannya dengan terang, gamblang, dan plus penafsirannya, jikalau mau mengenal lebih dekat dengan budaya Jawa.  Memahami falsafah hidupnya iabrat kita tengah menerima siraman nasihat-nasihat hidup orang Jawa yang kaya makna, filosofi, kekuatan bahasa, dan keutamaan etika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar